DIRIKU YANG SEKARANG
Halo, nama lengkap saya adalah Rezki Try Ulva atau akrabnya
Ulva. Saya adalah anak ketiga dari tiga bersaudara atau biasa disebut dengan
bungsu. Bapak saya bernama B. M. Lala sedangkan Ibu bernama Rosmayani.
Sejak umur sebelas tahun, Allah Subehanawata’ala, telah
mengambil penglihatan saya akibat dari kejang-kejang yang selalu saya alami.
Segala upaya telah orang tua saya lakukan. Mulai dari
membawa saya ke Dokter untuk memeriksakan kepala saya, karena mereka takut jika
penyakit hidrosefalus yang saya derita mengalami gangguan lagi. Seperti ketika
umur saya menginjak empat tahun, alat yang sengaja dipasangkan di dalam tubuh
saya terpaksa harus diganti, karena kata Dokter “Terjadi penyumbatan sehingga
cairan yang ada di otak tidak mengalir dengan sempurnah sampai ke pembuangan
“air kemih.”
Tidak hanya itu, saya pun sempat dirawat di rumah sakit,
karena ternyata kejang-kejang yang saya alami semakin hari bertambah parah.
Mula-mulanya hanya sekali dalam sehari, atau semisal hari ini kumat lalu dua
hari kemudian muncul lagi.
Sepuluh hari saya dirawat di rumah sakit Flamonia, dan
selama itu saya sudah tidak tahu berapa jumlah Dokter yang menangani saya,
karena ketika Dokter atau Pihak rumah sakit yang kebetulan lewat atau datang
untuk memeriksa pasien tanpa sengaja mendapati saya kumat lagi hingga akhirnya
mereka berdiapnosa lagi saya mungkin mengidap penyakit ini dan itu.
Sahabat sekalian, penyakit yang saya maksudkan tadi ialah
jantung, kelainan pada mata hingga ahli jiwa atau biasa disebut sikolog, juga
yang terakhir saya dicurigai mengidap penyakit leokimia. Tapi karena kedua
orang tua saya meragukan jalan terakhir yang diberikan oleh Dokter untuk
mengambil cairan sum-sum tulang belakang saya, karena menurut Dokter itu adalah
jalan terakhir agar penyakit saya bisa ketahuan, sebab setiap diperiksa dan
menerima hasilnya, Dokter pun mengatakan “Normal.”
Akhirnya, karena ketidak setujuan orang tua, saya pun disuruh
vbhju keluar dari rumah sakit.
**** Karena penglihatan yang semakin hari bertambah kabur,
juga tubuh bagian kiri saya sudah tidak bisa saya gerakkan atau mati, orang tua
pun membawa saya keliling berobat di rumah dukun.
Akhirnya selama hampir tiga bulan meninggalkan rumah dan
kampung tercinta, kami pun kembali ke rumah. Dan Alhamdulillah berkat
pertolongan dari Allah SWT juga bantuan dari obat Cina dan air sirih yang harus
saya mandi setiap pagi, akhirnya perlahan-lahan kaki saya pun bisa saya
gerakkan dan makin hari berangsur membaik.
**** Karena ketunanetraan yang saya alami, akhirnya Ayah dan
Ibu saya pun memberhentikan saya bersekolah dan semenjak itu, mereka pun tidak
membiarkan saya keluar rumah.
Bukan karena malu dengan keadaan saya, tapi hanya saja
mereka takut jika saya diapakan orang, terlebih karena saya anak perempuan
satu-satunya.
*** Sembilan tahun saya tinggal di rumah, karena melihat
saya mulai jenu, dan mungkin tak melihat lagi keriangan yang ada pada diri
anaknya, akhirnya Ayah dan Ibu memutuskan untuk menyekolahkan saya di sekolah
luar biasa untuk tuna netra.
**** SLB A YAPTI lah akhirnya yang menjadi penyelamat hidup
saya.
Mengapa saya berkata seperti itu, karena disinilah saya
betul-betul belajar atau bisa dibilang memulai dari nol. Belajar bergaul,
belajar memahami orang-orang sekitar dan yang paling penting adalah, disinilah
saya mengenal namanya hidup. Susa dan peliknya kehiduupan. Ya, walau saya juga
merasakan berbagai masalah dalam keluarga, namun sahabat sekalian hidup
kekurangan tak pernah saya rasakan. Kekurangan yang saya maksudkan ialah, kedua
orang tua saya masih ada, kedua kakak laki-laki yang menyayangi saya,kebutuhan
yang selalu terpenuhi. Berbeda dengan teman-teman saya yang ada di tempat ini,
ada yang keluarganya bercerai-berai, ada yang tidak diakui sama sekali oleh
orang tuanya, dan banyak lagi yang tidak mampu saya tuliskan satu-persatu.
Alhasil, berkat ketekunan yang saya miliki, akhirnya saat
ini saya sudah duduk di kelas XI menengah atas, serta telah mewakili sekolah
untuk mengikuti lomba literasi.
Sahabat sekalian, saat ini saya merasa sangat bahagia dan
bangga dengan ketunanetraan yang saya alami. Saya pun merasa sangat bersyukur
dengan kesempatan hidup yang diberikan oleh Allah SWT, karena sekadar
informasi, saya sudah tiga kali dioprasi dengan penyakit yang sama. Oprasi
pertama, ialah karena cairan yang berlebih yang mengakibatkan pembesaran pada
batok kepala hingga harus dipasangi alat , agar cairan yang ada di otak bisa
mengalir dengan baik, agar batok kepala saya tidak semakin membesar. Dan kedua
sudah saya jelaskan diawal cerita tadi, sedangkan oprasi yang ketiga, karena
alat yang di pasang di dalam tubuh saya sudah pendek, maka harus dilakukan
oprasi lagi untuk mengganti alat
tersebut. Dan informasi lagi, kata tim Dokter yang menangani saya di Rumah
sakit, “Baru kali ini ada penderita hidrosefalus yang bertahan hidup sampai
berumur dua puluh limatahun.”
Ya, inilah kisah hidup saya. Saat ini, saya tetap berusaha
menunjukkan pada keluarga dan orang banyak,
dengan segala kelebihan yang saya miliki, bahwa walau saya disabilitas
netra, saya pun mampu untuk mandiri.
# Rezki Try Ulva # Makassar 22 Desember 2019
Comments
Post a Comment